Keunikan Pasar Terapung, Keunikan Kampung Wisata Alalak Selatan, Keunikan Kota Seribu Sungai, Keunikan Bumi Lambung Mangkurat, Keunikan Pulau 3 Negara
Kampung Wisata Alalak Selatan

Jumat, 18 November 2011

Pengantar Pemandu Wisata


            Pengertian  PARIWISATA :
  Suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya.
  Dorongan kepergian: kepentingan politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, agama, kesehatan, maupun hal lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
            Pariwisata = Perjalanan Wisata
(I Gede Iwan Suryadi, SE.,MM.)

WISATAWAN (TOURIST)
Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi
     Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah       
     raga.
     Hubungan Dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya.
     (I Gede Iwan Suryadi, SE.,MM.)

PASPOR dan VISA
Paspor, suatu keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk seorang wisatawan/warga negara yang akan mengadakan perjalanan ke luar negeri, yang pembuatannya diurus oleh kantor migrasi di negara yang bersangkutan.
Visa, surat keterangan ijin tinggal di suatu negara yang akan dituju oleh wisatawan. Surat keterangan itu diperoleh dari Kantor Kedutaan Besar suatu negara yang menjadi tujuan wisata.

Pemandu Wisata ( Guide )
adalah seorang yang memberi penerangan, penjelasan serta petunjuk kepada wisatawan dan traveler lainnya, tentang segala sesuatu yang hendak dilihat dan disaksikan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.
( Oka A. Yoeti )

Pekerjaan Pemandu Wisata (Guide)
merupakan salah satu profesi (mendapatkan bayaran yang layak atas kemampuannya) yang unik, karena profesi ini membutuhkan kemampuan berbahasa (sesuai yang dibutuhkan), dapat berinteraksi dengan wisatawan, memiliki pengetahuan luas, fleksibel, penuh pengertian dan kedewasaan berpikir serta kesehatan yang prima. 

Tugas Pemandu Wisata adalah memimpin pelaksanaan suatu kegiatan kunjungan / wisata mulai dari persiapan sampai pada akhir kegiatan sesuai dengan fasilitas paket tour yang telah disepakati antara perusahaan perjalanan wisata dengan wisatawan.
Pemandu Wisata merupakan duta bagi perusahaan dan bangsa, karena mereka adalah ujung tombak dari keberhasilan promosi pariwisata. 
Oleh JIMMY KAPOH disampaikan pada kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Pariwisata, Sadar Wisata dan Pemandu Wisata yang diadakan oleh LKM Kelompok Kampung Wisata Alalak Selatan pada tanggal 24-25 Oktober 2011

Rabu, 16 November 2011

Welcome to Kampung Wisata Alalak Selatan


          Kampung wisata merupakan merupakan program yang digagas oleh pemerintah pusat sebagai  salah satu upaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat yang berada di bawah kewenangan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui lembaga PNPM Mandiri.
Program pengembangan potensi pariwisata ini dimulai pada tahun 2009 dengan tujuan utamanya guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Sekaligus mempromosikan Kelurahan Alalak Selatan sebagai salah satu tujuan wisata khas dengan keunikan pasar terapungnya bagi wisatawan yang berkunjung di Kota Banjarmasin.
Kelurahan Alalak Selatan dengan potensi andalannya objek wisata Pasar Terapung termasuk daerah Kesultanan Banjar. Dan salah satu kampung tua selain kampung Kuin sebagai cikal bakal Kota Banjarmasin.


SEJARAH KAMPUNG ALALAK SELATAN
Kampung Alalak Selatan pada mulanya hanyalah sebuah wilayah delta pertemuan 4 buah sungai kecil yang berhutan rawa yang bermuara ke Sungai Barito.  Penduduknya terdiri dari para pendatang dari Melayu Pontianak, penduduk dari ‘pahuluan’ (sebutan bagi masyarakat dari Hulu Sungai) yaitu Kandangan dan Amuntai, Uluh Barito atau orang Dayak Bakumpai, Bugis, China, Arab dan pendatang dari Daha atau Negara. Komunitas-komunitas tersebut kemudian bercampur baur, berinteraksi, kawin mawin dan membentuk masyarakat baru yang kemudian disebut sebagai Orang Alalak. Dimana asal nama Alalak adalah dari bahasa Arab yaitu Al-Alaq yang artinya segumpal/menggumpal/menyatu.
Kampung Alalak menjadi ramai didatangi penduduk dari berbagai daerah. Apalagi keberadaan Pasar Terapung yang merupakan pusat perekonomian masyarakat saat itu masih berkembang pesat. Ditambah lagi, sejak dahulu merupakan pusat industri kayu atau hasil hutan.
Secara administratif pemerintahan diawali sekitar 1950-an  yang wilayahnya meliputi Kelurahan Alalak Selatan, Kelurahan Alalak Tengah dan Kelurahan Alalak Utara saat ini menjadi sebuah desa/kampung yang diberi nama Desa Alalak Besar. Dimana kepala pemerintahan saat itu dipimpin oleh seorang Pembakal yang bernama Pembakal Fasi.
Pada tahun 1960-an Desa Alalak Besar dimekarkan menjadi 3 desa yaitu Desa Alalak Selatan, Desa Alalak Tengah dan Desa Alalak Selatan dan  dipimpin pemimpin wilyaha yang disebut ‘pembakal dipilih secara langsung oleh masyarakat desa. Terakhir, sekitar tahun 1980-an baru ditetapkan sebagai Kelurahan Alalak Selatan.

OBYEK WISATA KAMPUNG WISATA ALALAK SELATAN
Obyek wisata andalan yang terdapat di Kampung Wisata ini adalah Pasar Terapung. Di pasar tradisional ini wisatawan dapat melihat secara langsung bagaimana proses interaksi sosial antara pedagang dan pembeli dilakukan yang telah dijalani secara turun-temurun. Atau langsung membeli atau menikmati jajanan  khas masyarakat Banjarmasin, dari sayur-mayur, buah-buahan segar, kuliner, hingga barang cindera mata lainnya yang sehari-hari diperdagangkan di pasar yang menjadi ikon wisata kota seribu sungai Banjarmasin ini.
Selain itu, di Kampung Wisata Alalak Selatan ini juga dapat mengunjungi objek wisata ziarah ke Makam Tumenggung Ronggo Ibrahim Surya Kesuma Bin Bayan Aji, seorang keturunan dari Sultan Abdurrasyid Sulu Mindanao Filipina yang menetap dan dikeramatkan karena budi baiknya terhadap masyarakat  Alalak Selatan .
Setelah menikmati uniknya Pasar Terapung, para wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke objek wisata hutan alami Pulau Kembang dan Pulau Kaget yang terletak di tengah-tengah Sungai Barito, yang dikenal sebagai habitat kera dan bekantan yang dilindungi.


CINDARAMATA KAMPUNG WISATA ALALAK SELATAN
Selain dapat menikmati panorama dan suasana khas pasar terapung, wisatawan juga dapat membeli berbagai souvenir unik di kios souvenir Kampung Wisata atau langsung ke tempat produksi atau kelompok pengrajin, yang tentunya akan menjadi kenangan ketika berwisata di Kampung Wisata Alalak Selatan.
Adapun souvenir tersebut antara lain berupa;
-  Tanggui hias (tutup kepala tradisional  masyarakat lokal).
-  Miniatur  jukung (perahu tradisional).
-  Gantungan kunci
-  T-Shirt
-  Kain sasirangan
-  dll.
Juga dapat menikmati wisata kuliner  kue dan makanan tradisional di warung terapung, rumah makan atau membeli langsung kepada masyarakat pembuatnya. Beberapa makanan/masakan dan kue tradisional tersebut antara lain :
-   Aneka masakan khas Banjar (seperti; masak
    habang, nasi kuning, lontong, dll)
-   Kue bingka
-   Amparan tatak
-   dll.
Selain itu juga wisatawan dapat menikmati kesyakralan dan dapat melakukan penelitian Syair Lamut yang merupakan seni sastra lisan Banjar yang unik.

AKSES MENUJU KAMPUNG WISATA ALALAK SELATAN
Kampung Wisata Alalak Selatan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor (sepeda motor dan mobil) atau melalui sungai dengan kelotok, speedboat atau kapal, dengan  jarak tempuh dari atau ke :
a. Ibu Kota Kecamatan                           :     1  Km
b. Kota Banjarmasin/Ibu Kota Provinsi    :     7  Km
   
SEKRETARIAT /INFORMATION CENTER :
Jl. Alalak Selatan RT. 02 Samping Dermaga Wisata Pasar Terapung Kel. Alalak Selatan Kec. Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin - Kalimantan Selatan (South Kalimantan) - Indonesia
Kode Pos                  :   70126
Email                         :   aahym_suhu95@ymail.com
Facebook                  :   Wisata Pasar Terapung
Telp./HP                    :   081351451407 – 05117082644
Website/Blog             :   http://www.uniknyakalimantan.blogspot.com

Senin, 14 November 2011

Sejarah Pasar Terapung Muara Kuin_Alalak


Pasar Terapung (lokasi Alalak Selatan)
PASAR terapung adalah pasar yang berada di tepi Sungai Barito, tepatnya berada di dua kelurahaan yakni Kelurahan Kuin Utara meliputi Muara Kuin dan Sungai Kuin. Selanjutnya, di kawasan Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Kini, pasar ini menjadi salah objek wisata yang ditawarkan Pemkot Banjarmasin. Hal ini dikarenakan, karakteristik pasar yang berada di atas sungai dengan para pedagang yang kebanyakan berjualan sembako dan sayur mayur.

Kapan pasar ini telah ada? Menurut penuturan salah seorang keturunan Khatib Dayan–ulama Kerajaan Banjar– bernama Syarif Bistamy SE, keberadaan Pasar Terapung memang tak lepas dengan berdirinya Kerajaan Banjar sekitar tahun 1595.

Namun, Syarif yakin berdasarkan dari catatan sejarah yang dimiliki keluarganya bahwa Pasar Terapung itu berdiri atau sudah ada sebelum berdirinya Kerajaan Banjar. Dimana, menurut Syarif, kawasan Pasar Terapung merupakan bagian dari pelabuhan sungai yang bernama Bandarmasih. Pelabuhan sungai ini meliputi aliran Sungai Barito, dari Sungai Kuin hingga Muara Sungai Kelayan, Banjarmasin Selatan.

Saat itu, pengelolaan pelabuhan sungai ini diserahkan ke Patih Masih dan Patih Kuin. Dua 'penguasa' bersaudara yang dipercaya Syarif dan sebagian masyarakat Kuin merupakan keturunan dari hasil perkawinan (asimilisasi) antara suku Melayu yang berdiam di pesisir (tepi sungai) dan suku Dayak terutama dari subetnis Ngaju. Selanjutnya, pelabuhan Kuin ini diberinama Bandarmasih atau kotanya orang Melayu.

Nah, keberadaan Pasar Terapung turut mengembangkan roda perekonomian sebelum Kerajaan Islam Banjar berdiri. "Dari penuturan orang tua dan catatan yang ada, Pasar Terapung memang merupakan pasar yang tumbuh secara alami. Sebab, posisinya yang berada di pertemuan beberapa anak sungai menjadikan pasar ini menjadi tempat perdagangan," ujar Syarif Bistamy, saat ditemui di kediamannya di Jalan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, belum lama ini.

Pria yang mengaku keturunan ke-13 dari Khatib Dayan ini menuturkan kebanyakan para pedagang yang beraktivitas di Pasar Terapung berasal dari Tamban, Anjir, Alalak, Berangas dan sebagian lagi orang Kuin sendiri. "Jadi, pasar ini sudah ada sejak abad ke-14. Pokoknya, sebelum Kerajaan Banjar berdiri," tegasnya.

Menurut Ayip–sapaan akrab pria ini, kalau ditarik garis merah, hubungan antara Pasar Terapung dengan ditemukannya 'Pangeran Terbuang' dari Kerajaan Negara Daha (kini berada di daerah Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan) sangat erat. Sebab, sebelum Sultan Suriansyah diangkat menjadi Raja Banjar, ia dikenal sebagai nelayan atau pencari ikan yang menjual hasil tangkapannya–biasanya daerah 'perburuannya' di kawasan Blandaian (Alalak)– ke Pasar Terapung.

"Ketika itu, namanya asli dari Sultan Suriansyah ini adalah Raden Samudera atau lebih dikenal dengan sebutan Samidri," terangnya.

Saat menjual hasil tangkapan ikan sungainya ini, sang Sultan kecil ini selalu bertemu dengan Patih Masih. Ketika itu, diperkirkan usia Raden Samudera sekira 14 tahun atau masih remaja. Namun, Patih Masih curiga jika Raden Samudera atau Samidri ini bukan orang sembarangan. Dugaannya, remaja ini adalah keturunan raja atau Pangeran yang terbuang akibat 'kudeta' kekuasaan oleh pamannya, Pangeran Tumenggung di Negara Daha. "Karena sering bertemu di Pelabuhan Bandarmasih atau setidaknya Pasar Terapung, Patih Masih yakin bahwa Samidri tersebut merupakan pangeran yang terbuang tersebut," tutur Ayip.
Pasar Terapung awal 1900-an dengan latar belakang 
Muara Kuin dan Pulau Alalak


Untuk meyakinkan dugaannya, saat itu Patih Masih langsung mengumpulkan 'penguasa' dari beberapa pelabuhan yang ada yakni Patih Balit dari Alalak, Patih Muhur dari Anjir, dan Patih Kuin (adiknya sendiri) untuk mengundang Samidri ke sebuah pesta makan. Dengan taktik memabukkan Samidri yang ketika itu diberi arak, rahasia yang tersembunyi itu pun berhasil dibongkar dari mulut 'Pangeran Terbuang' ini.

Nah, sejak usia 14 tahun itu, Samidri langsung didaulat dan diangkat menjadi Raja Banjar atau Raja Bandarmasih. Hal ini karena bagi keempat patih tersebut dalam darahnya masih mengalir tutus raja. "Saat itu, Pasar Terapung dan Pelabuhan Bandarmasih sangat maju. Ini jika dibandingkan pelabuhan dagang yang ada seperti di Marabahan (Kabupaten Barito Kuala) atau di Sungai Nagara sendiri, tempat kerajaan kakeknya Sultan," tutur Ayip.

Menurut Ayip, keberadaan Pelabuhan Bandarmasih dan Pasar Terapung juga tak lepas dari berkembangnya Kerajaan Banjar baik secara ekonomi maupun politik. Dimana, di pusat Kerajaan Banjar di kawasan Kuin, banyak pedagang dari Jawa, Gujarat (India) dan Cina yang melakukan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Banjar, ketika itu.

Secara politik, kawasan Pasar Terapung juga tak luput menjadi medan pertempuran antara Kerajaan Banjar dengan Kerajaan Negara Daha, yang hanya terpicu dendam keluarga. Setelah Pangeran Tumenggung mengetahui bahwa keponakannya yang dibuang, diangkat menjadi raja dan menguasai Bandar saingan Bandar Kerajaan Nagara.

Perang mulainya berkecamuk secara sporadis, hingga akhirnya terjadi penyerbuan dari Kerajaan Daha. Bahkan, pasukan Kerajaan Banjar sempat menghadang pasukan Negara Daha di kawasan Sungai Alalak. Namun, karena kalah kuat baik dari segi persenjataan maupun personil, akhirnya pasukan Banjar terus terdesak hingga memasuki 'areal terlarang' Kerajaan Banjar di kawasan Kuin. Agar tak terus terdesak, para petinggi Kerajaan Banjar berinisiatif untuk membuat benteng dari ancaman serangan Pasukan Kerajaan Negara Daha. Tepatnya, di kawasan Kuin Cerucuk ditancapkan tiang-tiap kayu ulin sebagai penyangga agar perahu musuh tidak bisa bersandar langsung ke Pelabuhan Bandarmasih, hingga kini nama Kuin Cerucuk diabadikan sebagai nama kampung yang berada di wilayah Banjarmasin Barat. "Waktu itu, perang terjadi di Sungai Alalak dan Sungai Kuin. Namun, ternyata kekuatan Pasukan Nagara Dipa lebih besar dibandingkan Pasukan Banjar hingga terdesak," masih cerita Ayip.

Setelah terus mengalami kekalahan, atas usul Patih Masih yang memiliki hubungan dagang dan politik dengan para pedagang dari Jawa, terutama dari Kerajaan Mataram Islam, dijalin hubungan kemiliteran. Namun, sebetulnya, versi Ayip ini berbeda dengan versi yang kebanyakan ditulis dalam Sejarah Kerajaan Banjar, dimana Kerajaan Demak yang telah membantu Sultan Suriansyah dalam mengusir pasukan Kerajaan Daha. "Waktu itu Kerajaan Demak mulai runtuh, dan digantikan Kerajaan Mataram Islam. Walaupun sebetulnya kendali pemerintahan masih dibawah Kerajaan Cirebon," tutur Ayip yang yakin versi ceritanya ia dapatkan dari penuturan pendahulunya.

Bantuan dari Kerajaan Mataram Islam pun datang. Namun, bantuan tidak 'gratis', sebab ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Kerajaan Banjar, jika perang saudara ini dimenangkan Sultan Suriansyah, maka Kerajaan Banjar harus bersedia menjadi fusi atau bagian dari Kerajaan Mataram Islam serta agama Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan.

Persyaratan itu disetujui, hingga dikirim sekitar 1.000 pasukan dari Kerajaan Mataram Islam dibawah pimpinan Fatahillah atau bernama Syarif Hidayatullah, hingga dikenal sebagai Khatib Dayan, meskipun nama sebenarnya adalah Khatib Dayat (berasal dari Hidayatullah), karena lidan Urang Banjar agak kedal, hingga dinamakan Khatib Dayan saja. "Namun, Fatahillah ini bukan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sebab, saat itu ada dua nama Fatahillah yang merupakan panglima perang sekaligus ulama," ujar Ayip.

Atas bantuan Kerajaan Mataram ini, pasukan Kerajaan Banjar berhasil 'mengusir' pasukan Kerajaan Negara Daha bahkan sempat menyerang ke wilayah kerajaan tersebut. Namun, korban tetap berjatuhan dari kedua belah pihak.

Untuk itu disepakati jalan arbitasi atau damai. Usulan perang tanding atau adu ilmu antara Sultan Suriansyah dengan Pangeran Tumenggung dipilih sebagai upaya penuntasan perang saudara berkepanjangan. Tawaran ini diakuri kedua belah pihak, hingga terjadi adu 'kedigjayaan' di atas dua perahu. Untuk Sultan Suriansyah, saat itu dikayuh oleh Patih Masih, sementara Pangeran Tumenggung di atas perahu yang dikayuh oleh Arya Trenggara–merupakan paman Sultan Suriansyah sendiri sebelum ia dibuang ke Muara Banjar.

"Rupanya adu kesaktian tak terjadi. Saat itu, Pangeran Tumenggung justru menangis ketika mendengar cerita pahit yang dialami keponakannya tersebut. Makanya, ketika itu langsung disepakati perang berakhir dan damai," kata Ayip. Sejak saat itu, dua kerajaan yakni Kerajaan Banjar dan Kerajaan Nagara Daha digabungkan dalam satu 'komando' Sultan Suriansyah. "Sejak itu pula, Pasar Terapung berkembang secara alami. Karena, sebagian pedagang juga berasal dari Nagara," pungkas Ayip.

Hingga kini, situs sejarah berupa Pasar Terapung, dan makam para Raja Banjar ini tetap terpelihara di kawasan Makam Sultan Suriansyah, Kuin Utara, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Banjarmasin. *** tulisan dari for kota(disarikan dari wawancara dalam bentuk hardnews, didi g sanusi)

Melintas Sungai Meraih Harapan


Perjalanan kali ini sepertinya akan menjadi aktivitas yang mengasyikan. Aktivitas yang lebih mengasyikan dari beberapa aktivitas yang aku laksanakan dihari-hari yang lalu. Begitu juga dengan Dianora. Ia tak henti-hentinya menunjukkan padaku momen apa yang perlu aku abadikan. Seleranya hampir sama dengan seleraku dalam mengambil momen-momen tertentu. Melintasi Jembatan Basirih yang megah membentang menghubungkan 2 bagian kota Banjarmasin yang dipisahkan oleh Sungai Martapura, Dianora menyaksikan suatu pemukiman penduduk yang dibangun pada Zaman kolonialis Belanda. Ia meminta padaku untuk mengabadikannya. Terlihat juga pemandangan beberapa pemukiman yang kelihatannya baru beberapa tahun ini saja dibangun. Rumah-rumah penduduk yang berupa rumah panggung berdiri kokoh disepanjang tepian sungai Sungai Martapura. Pemukiman yang amat mencirikan khas kehidupan suku-suku pantai di Pulau Kalimantan. Atap-atap rumahnya yang terdiri dari berbagai aneka macam bahan tersinari cahaya mentari berwarna keemasan. Nampak seperti lengkung pelangi warna warni penuh kedinamisan warna, kedinamisan hidup. Dari atas atap kelotok yang juga kemilau disinari cahaya mentari, aku mengambil beberapa foto kehidupan masyarakat di pemukiman tersebut. Kehidupan yang bergantung kepada sungai kehidupan yang penuh nilai kesahajaan yang menjauhkan kita semua dari kepenatan hidup ditengah hiruk-pikuk kehidupan keras khas pusat kota yang justru kadang mencerminkan kekumuhan moral, kekumuhan sikap.

Minggu, 13 November 2011

MANAJEMEN PARIWISATA DALAM UPAYA MENGEMBANGANKAN KEPARIWISATAAN DI KOTA BANJARMASIN



Usaha Wisata Kerajinan Tangan Tanggui Hias


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Kalimantan Selatan  sebagai salah satu provinsi di indonesia  yang memiliki obyek-obyek wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, hal ini ditunjukkan dengan dicanangkannya program ”Visit South Kalimantan”.
dengan motto ” The hidden beauty of Borneo yang penetapan program ini juga sebagai pendukung program pariwisata nasional ”Wonderful Indonesia” dimana diprogram ini diukhususkan sebagai tahun kunjungan wisata mengharuskan sektor ini berbenah diri karena sektor ini sangat diandalkan untuk bisa menyumbang PAD yang sangat berarti bagi daerah kita untuk menyokong pertumbahan ekonomi saat ini.
Perkembangan dunia wisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas umum pendukung industri pariwisata, di samping dengan terus memperbaiki outlook dari daya tarik wisata yang ditawarkan.
Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di berbagai kabupaten atau kota seperti halnya juga di Kota Banjarmasin ini  telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini merupakan sinyalmen positif bagi pengembangan daerah kunjungan wisata di sekitar karena hal tersebut juga menunjukkan adanya minat dari calon wisatawan untuk mengunjungi kota Banjarmasin.
Kawasan wisata daerah khususnya Pasar Terapung Kuin dan sekitarnya di Kota Banjarmasin sebagai salah satu aset pariwisata perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Penanganan yang profesional atas aset pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang berwawasan alam dan budaya.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini penulis tertarik untuk membahas masalah tentang ”Manajemen Pariwisata”.
   
1.2 Permasalahan
            Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, Bagaimana konsep dari manajemen pariwisata yang cocok untuk mengembangkan pariwisata khususnya di kota Banjarmasin?

1.3 Tujuan
            Dengan adanya makalah ini maka diharapkan pembaca dapat memahami konsep dari manajemen pariwisata dalam upaya pengembangan pariwisata di Kota Banjarmasin.

Foto Kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Pariwisata 
yang diadakan oleh Pokdarwis Kampung Wisata Alalak Selatan 
pada 24 - 24 Oktober 2011


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Manajemen Pariwisata
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu : (dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal 21) 
  1. Harus bersifat sementara
  2. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
  3. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli diantaranya :
1.      Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
2.      Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By : James A.F. Stoner)
3.      Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry ).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.

2.2  Jaringan Kegiatan Pariwisata
            Kegiatan pariwisata pada dasarnya dapat dipadu dalam satu jaringan kegiatan kerja yang diawali oleh adanya kegiatan manusia yang melakukan perjalanan di darat, di laut dan di udara. Kegiatan wisatawan dalam mengunjungi objek wisata (Alam, budaya maupun minat khusus) pada daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya promosi wisata, kemudahan transportasi, restorasi, akomodasi serta pelayanan pemandu wisata.

2.3  Kajian Manajemen Pariwisata
Untuk dapat menghubungkan antara konsep manajemen dan pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:
(1)       Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek adalah:
a)      Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya .
b)      Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
c)      Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di Daerah tersebut.
d)      Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary). Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung / Orang bepergian.

(2)       Aspek Permintaan Pariwisata
Lebih lanjut Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, menjelaskan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variable lainnya.
b)      Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
c)      Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

(3)       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut,
a)      Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.
b)      Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap menguntungkan.
c)      Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
d)      Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan DTW dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
e)      Intensitas Keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
f)        Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek diatas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan Wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).
g)      Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan Obyek Wisata lainnya.

2.4  Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :
a.       Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b.      Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c.       Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”. Prasarana tersebut antara lain :
a.       Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
b.      Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c.       Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos
d.      Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e.       Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f.        Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g.       Pom bensin
h.       Dan lain-lain. Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
v     Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
v     Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.
v     Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.
v     Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
a.       Manajemen Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.
b.      Konsep Manajemen pariwisata terdiri dari dua konsep, yaitu konsep penawaran pariwisata dan konsep permintaan pariwisata, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam masyarakat.
c.       Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pariwisata adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana di tempat wisata tersebut.

3.2 Saran
            Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menyarankan baik kepada masyarakat pada umumnya, pemerintah daerah yang khususnya mengelola pariwisata maupun bagi para pelaku pariwisata  untuk senantiasa menjaga kelestarian alam, sehingga alam selalu terjaga dan pariwisata dalam terus berkembang.
            Sebagai pelaku pariwisata kita semua juga sudah selayaknya membantu segala upaya-upaya yang dapat mendukung berkembangnya pariwisata di daerah kita.

 (Makalah ini disampaikan pada kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Pariwisata, Sadar Wisata dan Pemandu Wisata diselenggarakan POKDARWIS Kampung Wisata Alalak Selatan pada tanggal 24-25 Oktober 2011 di Aula Kantor Lurah Alalak Selatan (Kantor Lama))
  
Profile penulis :
Nama                : Syamsuddinnor, ST
Tempat, Tgl lahir   : Banjarmasin, 07 Januari 1975
Alamat              : Jl. Hikmah Banua Komp. Sejahtera lestari II               
                      No. 17 Banjarmasin
Pekerjaan           : - Sekretaris Himpunan Pramuwisata 
                        Kalimantan Selatan
      : - Direktur PT. Family Mitra Wisata 
          Banjarmasin
Email               : hpikalsel@gmail.com
Mobile              : +61 812 5064863
Website/blog        : www.hpikalsel.org
                      www.bestborneotour.com
Hobby               : Sepakbola, Musik, Mancing, Komputer

SEJARAH SINGKAT PULAU KEMBANG

Pulau kembang sekitar tahun 1920 an

Pulau Kembang dizaman Belanda disebut dengan sebutan Apeneiland
                                                                     Kawasan PRK P.Kembang merupakan salah satu koridor kawasan yang terkait dengan makna sejarah perkembangan Kota Banjarmasin pada masa awal. Makna awal sejarah pertumbuhan tersebut antara lain :

a. Pada bagian koridor sungai Barito terdapat beberapa pelabuhan tua, yang sebenarnya menjadi cikal bakal perkembangan Kota Banjarmasin. Banjarmasin dikenal dengan sebutan kota 1000 sungai, sehingga keberadaan pelabuhan ini menjadi bagian yang amat penting dalam sejarah pertumbuhan kota.
b. Terdapat peninggalan kuno yang terkait dengan sejarah Banjarmasin, antara lain : makam sultan Suriansyah dan masjid Sultan Suriansyah.

Pulau kembang kini
     Taman Wisata alam (TWA) Pulau Kembang atau disebut juga Pulau Kembang memiliki sejarah yang masih misterius. Sejarah singkat tentang Pulau Kembang yaitu pada sekitar tahun 1698 pedagang-pedagang Inggris membuka Kantor dagang di Banjarmasin. Dimana ketika itu Hubungan Inggris dengan Kerajaan Banjar tidak begitu baik. Untuk menyingkirkan Pihak Inggris , Raja Banjar meminta penduduk asli pedalaman dari golongan Biaju yang hidup di pesisir Barito. Menurut laporan Hamilton tahun 1757 pada waktu malam hari telah turun ke Muara cerucuk orang Biaju sekitar 3000 orang. Mereka menyerang loji dan Benteng Inggris yang ada di pesisir Sungai Barito tersebut. Menurut cerita turun temurun bangkai kapal Inggris yang berada di Sungai Barito tersebut dalam perjalanannya mengalami “biang” sedimentasi di Sungai Barito, dimana kapal-kapal tersebut lambat laun ditumpuki oleh lumpur dari sungai barito sehingga menimbulkan sebuah “gosong” di tengah-tengah sungai Barito, yang kemudian menjadi Pulau Kembang.

     Versi Pertama mengatakan bahwa tanah yang pipih yang seolah-olah muncul di permukaan air tersebut mengambang (meluap) sehingga Pulau Kembang juga dinamakan Pulau Maluap. Versi kedua mengatakan setelah pulau ini muncul di permukaan air dan ditumbuhi hutan , pulau ini menjadi habitat kera. Orang di pesisir Sungai Barito dan sekitarnya menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan jelmaan dari makhluk-makhluk gaib, sehingga Pulau tersebut akhirnya dijadikan tempat orang bernazar dengan membawa sesajen dan lain sebagainya, aktivitas ini juga konon dilakukan oleh salah seorang pemilik perusahaan kayu terkemuka nasional, dimana adanya klenteng di Pulau Kembang ini adalah hasil sumbangan dari pengusaha kayu tersebut kepada kera-kera yang ada di Pulau Kembang.
     Saat ini klenteng yang berdiri menjadi salah satu ikon yang menjadi salah satu objek wisata pendukung di Pulau Kembang. Menteri Pertanian menetapkan kawasan ini sebagai Taman Wisata Alam berdasarkan Surat keputusan Menteri Pertanian Nomor : 780/Kpts/Um/12/1976, tanggal 27 Desember 1976. Pada tahun 1992 areal seluas 6 Ha dikelola CV. Sinar Kencana dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 1568/ Menhut-II/1992 tanggal 3 September 1992. Selanjutnya pada tahun 1995 CV. Sinar Kencana memperoleh hak pengusahaan pariwisata alam di Pulau Kembang dengan jangka waktu 30 tahun. 

(bahan lain sedang dikumpulkan untuk memperjelas sejarah Pulau Kembang)

Follower

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons