Pages

Minggu, 13 November 2011

MANAJEMEN PARIWISATA DALAM UPAYA MENGEMBANGANKAN KEPARIWISATAAN DI KOTA BANJARMASIN



Usaha Wisata Kerajinan Tangan Tanggui Hias


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Kalimantan Selatan  sebagai salah satu provinsi di indonesia  yang memiliki obyek-obyek wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, hal ini ditunjukkan dengan dicanangkannya program ”Visit South Kalimantan”.
dengan motto ” The hidden beauty of Borneo yang penetapan program ini juga sebagai pendukung program pariwisata nasional ”Wonderful Indonesia” dimana diprogram ini diukhususkan sebagai tahun kunjungan wisata mengharuskan sektor ini berbenah diri karena sektor ini sangat diandalkan untuk bisa menyumbang PAD yang sangat berarti bagi daerah kita untuk menyokong pertumbahan ekonomi saat ini.
Perkembangan dunia wisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas umum pendukung industri pariwisata, di samping dengan terus memperbaiki outlook dari daya tarik wisata yang ditawarkan.
Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di berbagai kabupaten atau kota seperti halnya juga di Kota Banjarmasin ini  telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini merupakan sinyalmen positif bagi pengembangan daerah kunjungan wisata di sekitar karena hal tersebut juga menunjukkan adanya minat dari calon wisatawan untuk mengunjungi kota Banjarmasin.
Kawasan wisata daerah khususnya Pasar Terapung Kuin dan sekitarnya di Kota Banjarmasin sebagai salah satu aset pariwisata perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Penanganan yang profesional atas aset pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang berwawasan alam dan budaya.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini penulis tertarik untuk membahas masalah tentang ”Manajemen Pariwisata”.
   
1.2 Permasalahan
            Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, Bagaimana konsep dari manajemen pariwisata yang cocok untuk mengembangkan pariwisata khususnya di kota Banjarmasin?

1.3 Tujuan
            Dengan adanya makalah ini maka diharapkan pembaca dapat memahami konsep dari manajemen pariwisata dalam upaya pengembangan pariwisata di Kota Banjarmasin.

Foto Kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Pariwisata 
yang diadakan oleh Pokdarwis Kampung Wisata Alalak Selatan 
pada 24 - 24 Oktober 2011


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Manajemen Pariwisata
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu : (dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal 21) 
  1. Harus bersifat sementara
  2. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
  3. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli diantaranya :
1.      Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
2.      Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By : James A.F. Stoner)
3.      Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry ).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.

2.2  Jaringan Kegiatan Pariwisata
            Kegiatan pariwisata pada dasarnya dapat dipadu dalam satu jaringan kegiatan kerja yang diawali oleh adanya kegiatan manusia yang melakukan perjalanan di darat, di laut dan di udara. Kegiatan wisatawan dalam mengunjungi objek wisata (Alam, budaya maupun minat khusus) pada daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya promosi wisata, kemudahan transportasi, restorasi, akomodasi serta pelayanan pemandu wisata.

2.3  Kajian Manajemen Pariwisata
Untuk dapat menghubungkan antara konsep manajemen dan pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:
(1)       Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek adalah:
a)      Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya .
b)      Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
c)      Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di Daerah tersebut.
d)      Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary). Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung / Orang bepergian.

(2)       Aspek Permintaan Pariwisata
Lebih lanjut Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, menjelaskan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variable lainnya.
b)      Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
c)      Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

(3)       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut,
a)      Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.
b)      Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap menguntungkan.
c)      Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
d)      Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan DTW dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
e)      Intensitas Keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
f)        Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek diatas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan Wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).
g)      Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan Obyek Wisata lainnya.

2.4  Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :
a.       Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b.      Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c.       Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”. Prasarana tersebut antara lain :
a.       Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
b.      Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c.       Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos
d.      Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e.       Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f.        Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g.       Pom bensin
h.       Dan lain-lain. Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
v     Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
v     Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.
v     Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.
v     Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
a.       Manajemen Pariwisata adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dalam bidang pariwisata.
b.      Konsep Manajemen pariwisata terdiri dari dua konsep, yaitu konsep penawaran pariwisata dan konsep permintaan pariwisata, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam masyarakat.
c.       Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pariwisata adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana di tempat wisata tersebut.

3.2 Saran
            Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menyarankan baik kepada masyarakat pada umumnya, pemerintah daerah yang khususnya mengelola pariwisata maupun bagi para pelaku pariwisata  untuk senantiasa menjaga kelestarian alam, sehingga alam selalu terjaga dan pariwisata dalam terus berkembang.
            Sebagai pelaku pariwisata kita semua juga sudah selayaknya membantu segala upaya-upaya yang dapat mendukung berkembangnya pariwisata di daerah kita.

 (Makalah ini disampaikan pada kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Pariwisata, Sadar Wisata dan Pemandu Wisata diselenggarakan POKDARWIS Kampung Wisata Alalak Selatan pada tanggal 24-25 Oktober 2011 di Aula Kantor Lurah Alalak Selatan (Kantor Lama))
  
Profile penulis :
Nama                : Syamsuddinnor, ST
Tempat, Tgl lahir   : Banjarmasin, 07 Januari 1975
Alamat              : Jl. Hikmah Banua Komp. Sejahtera lestari II               
                      No. 17 Banjarmasin
Pekerjaan           : - Sekretaris Himpunan Pramuwisata 
                        Kalimantan Selatan
      : - Direktur PT. Family Mitra Wisata 
          Banjarmasin
Email               : hpikalsel@gmail.com
Mobile              : +61 812 5064863
Website/blog        : www.hpikalsel.org
                      www.bestborneotour.com
Hobby               : Sepakbola, Musik, Mancing, Komputer